Perfect Diary [P.2] #CERBUNG

source: pinterest

Marissa memang tengah melewati situasi yang kritis. Bukan kritis kondisinya, hanya jiwanya tergoncang cemas, sedikit. Ia duduk tepat di samping Jane. Lagi-lagi jantung Marissa berdegup kencang. Perasaannya kacau balau. Detik-detik keberangkatan udah gak bisa ngebantu Marissa mengenang saat-saat terakhir dia di Selangor, Malaysia. Marissa menarik nafas dalam-dalam,
menahannya beberapa detik dan dihembuskannya saat ia sudah mencapai batasnya. Begitulah cara Marissa mengurangi rasa stres yang akhir-akhir ini menghantui.
Mama yang tau sikap Marissa itu langsung menggenggam tangan Marissa. Dingin, hanya itu yang terasa. Mamah mengernyit menatap Marissa yang memandang ke angkasa sana penuh acuh.
" Marissa? Tangan kamu dingin. Mau pesan coffee milk kesukaan kamu?"
Suara mama terdengar damai tapi rupanya tak didengar oleh Marissa. Mungkin karena ia masih sedikit tersinggung dengan kata-kata mama kemarin yg sempat memojokannya.
" Loh kok diem??” Lanjut mamah, “ Oh...mama tau pasti kamu gak sabar kan pengen cepet sampai di Jakarta? Tenang,bentar lagi pesawat landing kok."
Marissa melepas tangannya dari genggaman mamah. Ia sungguh tak sependapat dengan mama tentang pikirannya barusan.
" Gak, dari awal kan Marissa dah gak setuju buat balik lagi ke Jakarta."
Mama terdiam sejenak begitu juga dengan Marissa. Mama tahu tentu gak semudah membalikkan telapak tangan untuk memperbaiki semuanya. Tapi balik lagi, itu semua rencana mama yg belum bisa dimengerti sama Marissa. Padahal ini yang terbaik.




to be continued

Tidak ada komentar

please leave your comment