Perfect Diary [P.3]

source: pinterest

Hari pertama masuk sekolah baru bener-bener membosankan jika belum apa-apa mesti mengikuti upacara bendera. Ya, begitulah yang dirasakan Marissa. Ia berbaris dibarisan paling depan bersama Emely di antara anak-anak satu kelasnya yg lain. Walau cuaca pagi ini begitu cerah tapi Marissa tampak lesu, mungkin karena teriknya matahari yang menyengat kulitnya.
" Pegel nih kaki, mana panas lagi," gerutu Marissa.
" Namanya juga upacara dimana-mana yang namanya upacara ya pasti berdiri," sahut Emely mengomentari Marissa yg terus-terusan mengeluh itu.
Iya juga, tapi kenapa sih kalau upacara mesti berdiri di tengah teriknya matahari begini kan capek. Marissa melirik Emely mengamati, sepertinya ia bukan orang yg tepat untuk mendengarkan keluhan itu. Bukan, bukan Emely. Ia terlihat arogan dan tegas jadi jangan main-main dengannya, mungkin karena ia ketua kelas. Tapi walau begitu Marissa tak setakut anak perempuan lainnya yang berbaris di barisan paling belakang. Mereka melihat Marissa melirik Emely dengan lirikan ngeri. Tapi karena ia tak mau cari gara-gara di saat upacara seperti ini ia urung mencibir.
Huft, Lilka teman sebangku Marissa juga terlalu individualis untuk seorang dia yg banyak tanya. Nina agaknya sangat menyukai hal2 yg berbau fashion, bisa dibilang ia fashionholic. Padahal Marissa mesti mengurangi derajat life style-nya. Emang susah ya dapet temen yang klik di hati dalam sehari. Di sekolah ini ada semacam site di mading tentang anak-anak yang dirasa perlu dapet temen baru dan diantaranya nama Marissa Cyrle tertera di sana.
" Ya ampun! Malu-maluin ga sih namaku dipajang di sini?" spontan Marissa kaget.
" Biasa. Santai aja lagi, namanya juga anak baru,” sahut Edo.
Marissa masih melebarkan pupil matanya sembari mengeja namanya sendiri, M A R I S S A. Pandangannya tak juga beralih pada Edo, saudara sepupu sepersusuan.
“ Aku kenalin kamu ke temenku aja ya, namanya Karen." tawar Edo.
" Anaknya menarik, ceria dan baik pula." tambah Edo.
Marissa melirik Edo curiga. Edo sempet salting," Eh... Itu kata temen-temen."
Marissa menangkap wajah berurat menonjol di hadapannya itu. Ia memerhatikan Edo si cowok bermata abu dengan seksama. Rupanya mata itu menyudut.

***

Anak yg kata Edo terlihat menarik dan periang itu sekarang lagi di kantin. Entah gimana caranya Marissa mencoba memancing perhatiannya. Tapi ampun deh Vanes ada di sana, mereka temenan? Padahal saat itu Marissa tengah menyapa Karen yg berdiri di samping meja kantin tempat Vanes dan temen-temennya nongkrong.



to be continued ⏩

Tidak ada komentar

please leave your comment