"
Ng, mmisi..." suara Marissa terdengar patah-patah.
“
Yah?" sahut Karen buru-buru.
"
Mau tanya, ng... ttoilet dimana ya?"
Ups
pertanyaan aneh yang gak penting keluar juga dari mulut Marissa. Karen menatap
Marissa dan melirik Vaness licik. Spontan Vaness mengedipkan mata kanannya yang
terlihat menyebalkan bagi Marissa, dan ugh, kata-kata kecengan tiba-tiba keluar
dari mulut Karen, cewek yg dibilang Edo menarik, periang dan satu lagi, baik!
Apanya yang baik sopan aja enggak.
"
Loe gak bisa tanya ke yg lain Marissa Cyrle? Gue kan juga anak baru di sini.
Manja!"
Hah
apa? Marissa terperangah, apa ada yg salah dengan bahasa atau cara dia
bertanya? Masa iya cuma tanya gitu udah dibilang manja. Marissa membuka
lebar-lebar telinganya untuk kata terakhir Karen barusan.
"
Habis muka loe bilang kalo loe tuh anak manja!" tancap Karen.
Kata-kata
itu bagai hinaan untuk Marissa, ia setengah tak percaya bagaimana bisa Karen
cepat menilai orang dari chasingnya. Marissa menatap mata Karen dalam-dalam,
berharap ia mampu membalas Karen yang telah mengatainya begitu. Namun ia
berusaha meredam amarahnya. Marissa malah bertanya penuh heran, “ Loe kenapa?
Ada yang salah dari pertanyaan gue?”
“
Loe kan nanya, ya gue jawab. Tadi itulah jawaban gue. Bye!” Karen hendak
beranjak dari tempat mereka berdiri sebelum akhirnya Marissa menyahut.
"
Oya? Mungkin loe pantes jadi seorang peramal karakter seseorang. Tapi gak bisa
dipungkiri loe hidup dalam kebohongan. Hidup loe gak sebaik yang orang lain
kira. Loe cuma berusaha untuk menutup-nutupinya kan supaya mereka gak kasihan
ngeliat loe sekarang?"
Marissa
langsung pergi begitu saja, menghilang berbaur bersama kerumunan anak-anak
lain. Selama Marissa mengatakan kata-kata yang tak pernah ia duga darimana
datangnya Karen tak goyah dari tempatnya berdiri bahkan sampai Marissa
menghilang dari tatapan matanya yang sendu.
"
Hah?" Edo mencibir Marissa, " Menurutku itu lucu... Hahaha...haha...
Jarang loh ada cewek dibilang manja sama sesama cewek. Ada juga cowok ke
ceweknya. Jadi kamu tuh emang manja beneran. Hahaha..."
Sedangkan
cewek berambut coklat di sampingnya tak peduli dengan tawaan Edo yang bising. Merasa
bersalah, Edo bergegas membungkam mulutnya dari gelak tawanya yang renyah.
“
Sorry. Loe gak apa-apa?”
“
I am fine,” sahut Marissa.
Marissa
diam. Ia masih bingung gimana bisa ia melontarkan kata-kata tadi ke Karen. Apa
yang membuatnya merasa begitu benar untuk mengatakannya. Ia masih ingat betapa
kagetnya Karen mendengar ucapannya. Dan seperti apa adanya, Karen pun tak
berani menyangkal.
to be continued ⏩
Tidak ada komentar
please leave your comment